CERITA RAKYAT 5

URBAN LEGEND DARI BIAKGadis Yomngga Dengan Ular Naga

Dahulu di daerah pesisir pantai Biak Timur terletak beberapa perkampungan. Dari sekian itu terdapat dua buah kampung yang letaknya berdekatan, yaitu kampung Saba dan Warwe. Pada kedua kampung dimaksud berdiam pula beberapa keret dan salah satu diantaranya adalah keret YOMNGGA. Di keret ini hiduplah seorang nenek bersama-sama tiga orang cucunya, yakni seorang perempuan dan dua orang laki-laki. Adapun ketiga bersaudara ini dibesarkan oleh neneknya, karena sewaktu masih kecil ayah bundanya telah lama meninggal dunia. Wajarlah bagi si nenek dalam menjamin kelangsungan hidup cucunya dengan penuh pengorbanan dan kasih sayangnya. Dalam menyambung hidupnya sehari-hari si nenek berladang. Ternyata nenek sudah mengerjakan sebuah ladang dan ditanami pula dengan berbagai tanaman. Setiap pergi dan pulang selalu melalui jalan Serbiser, yakni sebuah jalan dari kampung yang menuju ladangnya. Walaupun jaraknya jauh, namun bagi si nenek tidak menjadi penghalang, karena sudah biasa menempuh jarak itu. Konon di sekitar jalan Serbiser ada penghuninya yang selalu mengawasi setiap insan yang lalu lalang disitu. Termasuk juga si nenek dengan cucunya Yomnnga yang sudah menjadi seorang gadis. Penghuni itu adalah seekor ular Naga yang rupanya telah lama jatuh cinta terhadap Yomngga. Namun bagaimana caranya supaya dapat memilki gadis itu baginya belum ada peme-cahan. Pada suatu hari pergilah si nenek bersama Yomngga hendak mencari nafkah di ladangnya. Mereka melalui jalan Serbiser dan tanpa di ketahui bahwa ada yang sedang mengamati keper-giannya. Setelah keduanya berlalu sang Naga tak dapat menahan dirinya lagi ketika melihat gadis Yomngga. Baginya sekarang, timbul berbagai pertanyaan dalam benaknya “Bagaimana caranya agar aku dapat memiliki gadis itu ? Dengan jalan apa supaya aku dapat mengikuti jejaknya ke rumah untuk bertindak sebelum terlambat.” tanyanya dalam hati. “Sekarang juga aku mencari tempat yang baik dan aman untuk mewujudkannya,” katanya. Iapun segera mencari dan membelitkan tubuhnya pada sebatang pohon yang berada di pinggir jalan, dekat dengan sebuah tanjakan, kemudian menunggu. Sepanjang hari ia menunggu, akhirnya matahari pun condong ke barat tanda hari sudah sore. Dijalan Serbiser kini menjadi sunyi, segenap margasatwa di sekelilingnya berdiam diri, sebab di rasanya sebentar lagi ada sesuatu keanehan yang akan terjadi di tempat itu.
Sementara itu si nenek dengan cucunya sedang dalam perjalanan pulang. Makin lama makin mendekat ke tempat naga itu, dan sejurus kemudian tibalah mereka pada tanjakan tesebut tadi. Karena tanjakan ini agak sulit untuk di turuni maka si nenek lebih dahulu, sedangkan si gadis menunggu serta mengamati neneknya yang turun.

Inilah saat yang terbaik bagi si ular naga untuk mewujudkan niatnya. Dalam kesempatan ini ular naga menjulurkan tubuhnya serta melingkarkan tubuhnya ke dalam noken si gadis. Karena perhatiannya tertuju pada neneknya, maka sedikitpun tidak merasakan apa yang sedang terjadi atas dirinya. Kini giliran si gadis Yomngga untuk menuruti tempat tersebut dan setelah berada di bawah segera menyusuli neneknya. Sejurus kemudian tibalah mereka di tempat mandi yang berada di pinggir jalan. Karena sudah mendekati kampung, mereka berhenti untuk melepaskan lelah sambil mandi. Setelah mandi keduanya berkemas lagi hendak melanjutkan perjalanannya. Saat itulah si nenek melihat ular besar di noken cucunya. Mereka ketakutan lalu lari meninggalkan nokennya. Sementara itu terdengarlah suara ular memanggilnya dari belakang. Karena mereka berdua sudah lelah maka berhentilah mereka serta bertanya siapa gerangan sebenarnya ular itu? Keduanya menjadi heran, sebab ular itu memanggilnya seperti manusia. Oleh sebab itu mereka kembali untuk mengetahui apa yang sebenarnya di inginkan oleh ular itu.

“Hai, perempuan janganlah takut kepadaku, tetapi bawalah aku kerumahmu dan sembunyikan aku dalam kamarmu , “ kata ular naga . Ketika mendengar kata – kata itu keduanya saling berpandangan, akhirnya bersepakat untuk membawanya. Sekarang mereka berani untuk membawa nokennya bersama ular itu lalu pergi. Setiba di rumah ular disembunyikan di dalam kamar gadis itu. Setiap malam mutiarannya bersinar – sinar menerangi kamar si gadis. Melihat keadaan itu takutlah kedua saudaranya. Mereka tidak berani pula menanyakan hal itu baik kepada saudaranya maupun si nenek .

Kini mereka hidup bersama naga dengan penuh rahasia. Hanyalah gadis Yomngga yang mengetahui segalanya. Pada malam hari menjelmalah naga menjadi manusia dan menemani gadis itu di tempat tidurnya. Keinginannya untuk mengawini gadis Yomngga itupun tercapailah.Hari dan bulan berganti maka hamillah gadis Yomngga. Kedua saudaranya mengetahui pula keadaan adiknya lalu menanyakannya. “Siapakah yang melakukan perbuatan itu,“ tanyanya . “Dari sekian banyak pemuda yang di kampung ini, tak ada seorang yang melakukannya . Hanya satu , yakni dengan ular naga yang selama ini ada dalam kamarku ,“ jawabnya . Mendengar jawaban saudaranya, mereka belum yakin, oleh sebab itu diajak adiknya untuk melihat dimanakah ular naga yang berada di kamarnya. Pintu kamarpun dibukakan dan terkejutlah keduanya demi melihat naga itu dikamar saudaranya . Kemarahannyapun menjadi – jadi, karena hal itu telah berlangsunglama tanpa diketahuinya. Mereka segera meninggalkan saudaranya dengan perasaan jijik. Dibalik itu kedunya sudah sepakat hendak membunuh ular, sebelum hal yang memalukan itu di ketahui oleh orang kampung. Pada suatu hari keluarlah mereka hendak mencari ikan di laut. Mereka menyelam mengitari batu – batu karang disekitar kampungnya. Betapapun tekunnya mencari ikan, namun sial baginya karena seekorpun tidak diperoleh.

Dengan hati kesal mereka pulang dan setibanya di rumah naga itu bertanya :
“ Bagaimana hasilmu hari ini?“ “Tak ada seekorpun! Kami tak sanggup menyelam kedasar laut, karena tidak ada alat yang dapat kami gunakan untuk menangkap ikan,“ jawabnya . “kalau demikian kamu harus menyiapkan akar tuba , sebab dengan akar tuba ini kita dapat mencari ikan – ikan dalam karang,“ kata naga itu.

Mendengar usul itu keduanya bergembira sekali . Lalu pergilah mereka ke hutan untuk mencari akar tuba yang di maksudkan oleh naga. Tak lama kemudian merekapun keluar dari hutan dengan membawa empat ikat akar tuba dan setibanya dirumah di serahkannya pada naga itu.
Keesokan harinya, keluarlah naga bersama kedua bersaudara itu hendak mencari ikan dengan mepergunakan akar tuba yang di bawanya . Ketika mereka tiba di suatu tempat yang di duga banyak ikannya , yaitu di sebuah batu yang bernama Inggow. Di sini mereka berlabuh lalu mempergunakan akar tuba untuk meracuni ikan – ikan yang berada di bawah batu. Sesaat kemudian matilah ikan – ikan itu, maka bergembiralah kedua bersaudara itu, sambil memunguti ikan – ikan yang tak berdaya lagi.

Untuk mengikat perahu , ular naga menggunakan ekornya sebagai pengikatnya. Naga terus meracuni ikan , tanpa mengetahui apa yang akan terjadi atas dirinya . sedang asyik – asyiknya mengumpulkan ikan, maka bersepakatlah keduanya untuk melakukan niat jahat mereka itu.
Oleh sebab itu mereka naik keperahu, kemudian si kakak mengambil parangnya , lalu memotong ular naga menjadi delapan potong. Seketika itu matilah naga itu dan masing – masing potongan diberi nama sebagai berikut:

1.Karu Sram ( batu orang muda )
2.Sawaki
3.Kaduki (sejenis tumbuhan di hutan yang melekat pada pohon)
4.Karbui
5.Ifenker (sepenggal bete )
6.Women simbrir (budah budar )
7.Amawi (penoko sagu )
8.Mansasio (terbelah )

Mengetahui kejadian itu marahlah si nenek dan Yomngga, lalu mengasingkan diri ke dalam hutan. Dari sana mereka kembali lagi ke kampung hendak menguburkan bangkai – bangkai naga itu. Setiba di pantai dikumpulkannya potongan – potongan bangkai naga , lalu di aturnya berderatan , melintang dari barat ke timur, di antara kampung Saba dan Warwe. Pada saat itu juga berubalah tubuh naga itu menjadi batu karang yang hingga kini menjadi pulau – pulau kecil di sekitar kedua kampung tersebut.

Setelah peristiwa pembunuhan maka genaplah waktunya bagi Yomngga untuk melahirkan. Ia kemudian melahirkan sepuluh ekor anak ular. Karena janda muda ini sudah menjanda beberapa tahun , maka datanglah seorang laki – laki hendak meminangnya. Lelaki itu berasal dari keret Faindan. Perkimpoian yang di anggap bahagia itu tidak berjalan begitu lama. Penyebabnya ialah bila lelaki itu hendak bergaul dengan istrinya ia selalu keracunan dan akhirnya meninggal dunia. Kematian ini menimbulkan pembunuhan antara pihak lelaki dengan pihak istrinya. Setelah dicari penyebab kematian maka si neneklah yang mengobatinya dengan daun – daunnan, maka keluarlah anak ular itu. Anak ular itu adalah salah satu dari sepuluh anak ular yang telah di lahirkan .

Dengan adanya peristiwa ini , rahasia perkimpoian naga dengan gadis Yomngga terbongkarlah dan tersebar luas serta menjadi buah bibir penduduk kampung. Keret Yomngga merasa malu, lalu bermufakat untuk meninggalkan kampungnya. Mereka mengarungi laut dengan perahunya ke arah barat lalu mendiami daerah Sorong dan Raja Ampat, dekat sebuah sungai kecil yang di beri nama sungai Yomngga.

http://folktalesnusantara.blogspot.c...ular-naga.html

Quote:

Biak adalah pulau kecil yang terletak di Teluk Cendrawasih dekat sebelah utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia. Posisi Biak berada di sebelah barat laut Papua Nugini. Biak adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang.

URBAN LEGEND DARI MERAUKE PAPUA SELATAN Tifa dan Terompet Bambu

Dahulu daerah Merauke memiliki sebuah tifa dan terompet bambu. Kelebihan kedua benda tadi adalah bila sekali saja orang menyentuh dengan kaki, tifa dan bambu itu berbunyi dengan sendirinya. Tetapi bila orang memegangnya, tifa dan bambu berhenti berbunyi.
Konon ada suatu keluarga mempunyai seorang anak yang bernama Beorpit. Apabila terdengar bunyi tifa dan terompet bambu itu Beorpit bergembira sekali. Oleh sebab itu pada suatu hari ia mengajak ayahnya untuk pergi dan mencari alat yang dibunyikan itu. Tetapi sang ayah menolak permintaan anaknya. Karena permintaannya ditolak, Beorpit menangis terus menerus setiap hari. Lama kelamaan tangisnya reda, namun karena dorongan keinginannya maka timbullah suatu rencana dibenaknya. Setelah menjadi besar, Beorpit meminta lagi kepada ayahnya agar membuat sebuah perahu baginya. Kali ini ayahnya bersedia lalu mengerjakan sebuah perahu. Beberapa hari lamanya ayahnya tekun dalam menyelesaikan perahu itu. Sehari sesudah perahu dikerjakan iapun berangkatlah. Seorangpun tak ada yang mengikutinya, karena tidak diketahui kemana ia hendak pergi dan apa maksudnya bepergian. Mereka merasa khawatir dan takut, kalau ia mendapat bahaya diperjalanan. Baik orang tua, sanak saudara bahkan seluruh penduduk kampung turut menangis atas kepergiannya. Namun ia berpegang teguh pada pendiriannya dan tetap berangkat dengan hati yang tenang. Dia mengayuh perahunya menuju muara kali. Dari muara kali kemudian Beorpit menyeberangi laut dan akhirnya tibalah ia di Merauke. Setiba di Merauke hari sudah gelap. Malam itu semua penduduk kampung sedang asyik menyanyi dan menari di JE (rumah adat). Karena asyiknya, mereka tidak menyadari, bahwa ada orang dari tempat lain sedang mengintai.

Dalam suasana ramai itu tanpa diketahui, Beorpit menyusup masuk kedalam JE dan ikut menari disudut kiri. Karena sudah kecapaian, merekapun tertidur didalam JE. Sementara itu Beorpit juga mencari tempat yang aman serta berdekatan dengan tifa dan bambu ajaib.
Sementara pura-pura tidur ia membaca mantranya, sehingga mempengaruhi orang-orang yang tertidur itu tidak dapat bergerak. Dalam kesempatan itu ia membunuh semua orang yang tertidur didalam JE. Sesudah itu Beorpit mengambil kepala orang-orang tadi beserta tifa dan bambu ajaib, lalu segera meninggalkan rumah itu. Kemudian ia kembali lagi dengan perahu kekampungnya sendiri. Setiba di kampung, penduduk menyambutnya dengan meriah sekali. Sebagai tanda penghormatan, ia dipikul orang kampung dari perahu dan dielu-elukan, mulai dari perahu sampai ke JE, tifa dan bambu ajaibpun dibawa serta.

Setiba di JE mereka masuk dan mengelilingi Beorpit. Karena melihat banyak orang berkerumun dan mendesaknya untuk mendengar kedua benda ajaib itu, maka iapun segera menyentuh tifa dan bambu ajaib dengan kedua kakinya. Detik itu juga kedua benda tadi berbunyilah serentak dengan nyaringnya. Orang yang mendengarnya tidak dapat menahan diri lagi, lalu merekapun ikut menyanyi dan menari dengan asyiknya.

Bagaimana dengan suasana orang-orang di Merauke, setelah Beorpit meninggalkan mereka?
Menurut kebiasaan, setiap pagi ibu-ibu membawa makanan kepada suami-suaminya yang bermalam di JE. Ketika memasuki JE mereka melihat bahwa semua orang-orang yang berada di JE sudah mati. Suatu hal yang sangat mengejutkan mereka ialah bahwa orang-orang itu tidak berkepala lagi. Kejadian ini tersiar keseluruh kampung sehingga menyebabkan sebagian penduduk menjadi takut, sedangkan yang lain menangisi saudara-saudara mereka yang sudah dipotong kepalanya. Keadaan alam disekitarnya turut berubah menjadi gelap.
Sementara itu terdengarlah dari jauh bunyi tifa dan bambu ajaib di daerah Emari. Mendengar bunyi itu penduduk kampung menangis tersedu-sedu. Perasaan sedih menimbulkan kemarahan penduduk, karena mereka kehilangan saudara-saudaranya beserta dengan kedua benda ajaib itu. Rupanya diantara penduduk ada seorang yang memberanikan diri dan bermaksud untuk membalas dendam. Konon orang itu juga bernama Beorpit. Ia segera berangkat ketempat, dimana terdengar bunyi tifa dan bambu ajaib itu. Beberapa hari lamanya ia mengarungi laut dan sungai, akhirnya tibalah pada tempat tujuannya. Ketika mendekati kampung Emari hari sudah gelap. Keadaan disekitar kampung sepi, karena semua penduduk kampung sedang asyik menyanyi dan menari di JE. Karena lelah mereka tertidur dengan nyenyaknya.
Sesudah mengamati keadaan maka Beorpit Merauke mulai melaksanakan rencana pembalasannya, sama seperti apa yang tela dilakukan Beorpit dari Asmat. Selesai melaksanakan niatnya, ia kembali ke Merauke dengan membawa kedua benda ajaib itu.
Keesokan hari sebagian orang yang berada dirumah-rumah terkejut, karena mendengar berita bahwa orang-orang yang bermalam di JE sudah dibunuh. Kejadian ini menimbulkan kesedihan pula bagi seluruh warga kampung. Ketika itu juga keadaan di sekitar kampungpun tiba-tiba menjadi gelap.

Sementara itu di Merauke terdengar pula, bunyi tifa dan bambu seperti sedia kala. Karena peristiwa yang dialami ini menyebabkan kematian saudara-saudaranya maka Beorpit Asmat berniat lagi untuk mengadakan pembalasan. Oleh sebab itu ia pergi lagi ke Merauke dan setibanya disana melakukan lagi hal yang sama seperti pertama kali. Ternyata ia berhasil dalam melaksanakan niatnya. Sesudah ia kemabli kekampung Emari, Semua orang bergembira atas keberhasilannya.

Kini kedua benda ajaib itu berada ditangan mereka. Menurut firasatnya pasti ada pembalasan lagi untuk merebut kedua benda tersebut. Oleh sebab itu untuk memepertahankan kedua benda ajaib itu, orang-orang Asmat mengatur siasat. Ketika hari telah malam, mereka membagi tugas untuk menjaga keamanan. Ada yang menjaga di tepi sungai, ada pula yang dibawah kolong JE dan yang lainnya manjaga ditangga masuk.

Memang dugaan mereka tepat. Ternyata Beorpit dari Merauke yang datang hendak mengadakan pembalasan lagi. Tetapi nasibnya sangat malang, karena ia ditangkap kemudian dipancung kepalanya di dalam JE.

Orang-orang Merauke lama menunggu utusannya, namun ia tak kunjung kembali. Karena terlalu lama menunggu mereka mengirim seorang lagi, namun nasibnya juga malang seperti Beorpit. Akibat peristiwa ini orang-orang Asmat mengungsi ke kali Ayip. Karena mnurut menurut mereka tempat lama tidak menjamin keamanan hidupnya. Setelah berada di tempat baru mereka tinggal dalam keadaan aman dan tentram. Tifa dan bambu ajaibpun dibawa serta dan telah menjadi milik pusakanya.

http://folktalesnusantara.blogspot.c...pet-bambu.html

Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Merauke. Kabupaten ini adalah kabupaten terluas sekaligus paling timur di Indonesia. Di kabupaten ini terdapat suku Marind Anim.Kota Merauke terkenal dengan sebutan Kota Rusa dikarenakan dahulu hewan jenis ini banyak sekali ditemukan di kota ini selain binatang-binatang asli Papua lainnya, seperti kangguru merah, burung pelikan dan sebagainya.

Comments

Popular posts from this blog

KEGIATAN AKTIVASI VSAT

TUGAS UTAMA KEPALA RUANGAN KEPERAWATAN