PENGENALAN TANAMAN
Pengenalan Tanaman/ Deskripsi Tanaman
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat
diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman
kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa
sehingga ada yang menamakannya sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life) (Asnawi dan Darwis 1985).
Tanaman kelapa merupakan jenis tanaman tropik. Tanaman ini dapat tumbuh baik di wilyah dengan iklim panas seperti di Amerika, Asia dan sebagian di Afrika. Asal tanaman ini tidak diketahui karena penyebaran tanaman ini tumbuh melalui buah yang menyebar di sekitar pantai dari suatu benua kebenua yang lain.
Asal tanaman kelapa masih belum jelas sampai saat ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kelapa berasal dari bagian utara Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Pendapat lainnya mengatakan bahwa kelapa berasal dari daerah Asia Tenggara (Ohler, 1984). Candolle (1958 di dalam Ohler 1984) mengemukakan alasa yang mendukung bahwa kelapa berasal dari Asia, diantaranya berdasarkan pada jumlah varietas dan nama-nama yang biasa di Asia. Thampan (1975) mengatakan sudah diterima secara luas bahwa tempat asal kelapa bukanlah dari Benua Amerika, tapi berasal dari salah satu tempat di daerah tropik tua, Malaysia dan Indonesia adalah tempat yang paling mungkin sebagai daerah asal kelapa.
Oleh karena itu, kelapa mudah ditemui hampir di seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua. Masyarakat Indonesia telah lama mengenal tanaman ini. Kelapa tumbuh dengan sendirinya maupun sengaja ditanam oleh masyarakat di pekarangan dan kebun. Sejak abad 19, minyak kelapa telah diperdagangkan oleh VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindi Timus, dari Indonesia ke Negeri Belanda. Sebelum Perang Dunia II, Indonesia merupakan negara pengekspor kopra terbesar di dunia, yaitu sebesar 565.000 ton pada tahun 1938 (Sudiyanto, 1985).
Tinggi tanaman kelapa mencapai 20-30 m. Batangnya bergaris tengah 20 – 35 cm, lurus dan tidak bercabang. Normalnya tanaman ini tumbuh tegak lurus pada permukaan tanah, kecuali pada tanah yang lunak, kelapa seringkali tumbuh miring.
Tajuk dari pohon kelapa yang sudah dewasa akan berbentuk seperti oval. Daun terdiri dari pelepah daun dan anak daun yang tumbuh simetris di kedua sisi pelepah. Daun yang masih sangat muda terletak pada bagian pucuk batang dan anak daunnya belum membuka. Daun tua yang sudah mulai mengering kadang-kadang masih tergantung pada batang sebelum jatuh ke tanah. Lidi yang kita kenal sebenarnya merupakan tulang anak daun yang berada di antara dua lembaran daun pada anak daun. Panjang daun pohon kelapa yang sudah dewasa dapat mencapai 7 m, sedangkan jumlah daun bervariasi setiap pohonnya, yaitu antara 200-250 lembar.
Karangan bunga kelapa yang biasa disebut manggar tumbuh keluar dari ketiak daun setelah pohon kelapa mencapai umur tertentu. Biasanya satu tandan tumbuh pada satu ketiak daun, jadi jumlah tandan sama dengan jumlah daun. Bunga betinanya dalam bahasa Jawa disebut bluluk, dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga disebut nira. Bila manggar kelapa disadap niranya, maka dari manggar tersebut tidak akan dihasilkan buah kelapa.
Bentuk buah kelapa ada yang bulat, oval dan lonjong, dengan berat dan volume yang bervariasi. Buah kelapa terdiri dari kulit luar dan sabut, tempurung, daging dan air buah kelapa. Pada bagian ujung tempurung kelapa terdapat tiga buah mata, dua diantaranya agak keras, sedangkan satu lainnya agak lunak yang dibawahnya terdapat embrio.
Budidaya Tanaman (Sejarah, Toksonomi, Morfologi, Budidaya, Dan Gambar Penampang Buah Kelapa).
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk ke dalam famili Palmae, ordo Aracules, salah satu anggota terpenting dari klas Monocotyledone, Genus Cocos adalah monotypic yang hanya mempunya satu-satunya species yaitu Cocos nucifera L. (Woodroof, 1979).
Kelapa merupakan tanaman tropika yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi suhu rata-rata diantara 24-29 °C, suhu minimum tidak kurang dari 20 °C, dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun antara 1700-2000 mm dan tidak kurang dari 1200 mm.
Tanaman kelapa menghendaki intensitas sinar matahari yang tinggi dengan jumlah penyinaran tidak kurang dari 2000 jam per tahun. Kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Syarat-syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa adalah struktur baik, peresapan air dan tata udara baik, permukaan air tanah letaknya cukup dalam (minimal 1 meter dari permukaan tanah) dan keadaan air tanah hendaknya dalam keadaan bergerak (tidak menggenang) dengan pH tanah optimal 6.0 – 8.0 (Setyamidjaja, 1984).
Terdapat dua jenis varietas kelapa, yaitu kelapa Genjah (dwarft coconut) dan kelapa dalam (tall coconut). Hasil persilangan kedua varietas tersebut dihasilkan kelapa Hibrida yang diharapkan memiliki sifat-sifat baik dari kedua induknya. Di Indonesia, terdapat beberapa varietas kelapa Dalam diantaranya adalah Mapanget, Tenga, Bali, Palu, Sawarna dan Takome. Varietas kelapa Genjah yang dikenal di Indonesia adalah Kelapa Genjah Kuning Nias, Bali, Raja dan Salak. Kelapa hibrida yang dikenal di Indonesia adalah Kelapa Hibrida Indonesia KHINA-1 (Dalam Tengah X Genjah Kuning Nias), KHINA-2 ( Dalam Bali X Genjah Juning Nias), KHINA-3 (Dalam Palu X Genjah Kuning Nias), KHINA-4 (Dalam Mapanget X Genjah Raja) dan KHINA-5 (Dalam Mapanget X Genjah Bali) (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2007).
Ciri-ciri yang dapat diamati pada Varietas Dalam yaitu mempunyai batang yang lebih tinggi dan besar, dan dapat tumbuh mencapai 30 meter atau lebih dan batang biasanya membesar, mulai berbuah usia 6- 8 tahun setelah tanam. Tetapi dapat mencapai umur 100 tahun atau lebih. Varietas Genjah mempunyai ciri-ciri bentuk batang ramping dari pangkal sampai ke ujung, tinggi batang mencapai 5 meter atau lebih, dan berbuah lebih cepat (3-4 tahun setelah tanam) (Setyamidjaja, 1984).
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala manusia, terdiri dari lima bagian, yaitu esokarp (kulit luar), mesokarp (sabut), endokarp (tempurung), daging buah dan air kelapa. Buah kelapa disusun oleh 25% esokarp dan mesokarp, 12% endokarp, 28% daging buah dan 25% air kelapa (Woodroof, 1979). Daging buah kelapa sendiri mengandung 52% air, 34% minyak, 3% protein, 1,5% karbohidrat dan 1% abu (Setyamidjaja, 1982).
Gambar Penampang melintang buah kelapa
Sumber : www. Wikipedia.com
Daging buah kelapa segar banyak mengandung lemak dan karbohidrat serta sejumlah protein. Selain itu kelapa juga mengandung tiamin, asam askorbat, vitamin A, tokoferol, vitamin B kompleks dan sejumlah mineral seperti Na, K, Ca, P, S dan Cl (Woodroof, 1979). Komposisi daging buah kelapa segar pada tingkatan umur disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa Segar Pada Tingkatan Umur
No | Komposisi (per 100 gram) | Satuan | Umur Buah | ||
Muda (8-9 bulan) | Setengah Tua (10 bulan) | Tua (11-12 bulan) | |||
1. | Kalori | Kkal | 68,0 | 180,0 | 359,0 |
2. | Protein | g | 1,0 | 4,0 | 3,4 |
3. | Lemak | g | 0,9 | 13,0 | 34,7 |
4. | Karbohidrat | g | 14,0 | 10,0 | 14,0 |
5. | Kalsium | mg | 17,0 | 8,0 | 21,0 |
6. | Fospor | mg | 30,0 | 55,0 | 21,0 |
7. | Besi | mg | 1,0 | 1,3 | 2,0 |
8. | Vitamin A | IU | 0,0 | 10,0 | 1,0 |
9. | Thiamin | mg | 0,0 | 0,05 | 0,1 |
10. | Vitamin C | mg | 4,0 | 4,0 | 2,0 |
11. | Air | g | 83,3 | 70,0 | 46,9 |
12. | Bagian yang dapat dimakan | g | 53,0 | 53,0 | 53,0 |
Sumber: Grimwood, 1975
Lemak pada daging kelapa merupakan komponen terbesar kedua setelah air. Kadar lemak daging buah bervariasi antara 31% (bk) pada saat buah berumur 8 bulan sampai 71% (bk) saat buah berumur 12 bulan (Thampan, 1981). Minyak kelapa dapat dipergunakan untuk keperluan pangan dan non pangan. Komposisi asam lemak minyak kelapa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam lemak | Jumlah (%) a) | Jumlah (%) b) |
Asam lemak jenuh: |
|
|
· Kaproat | 0,0 – 0,8 | 0,0 – 0,8 |
· Kaprilat | 7,8 – 9,5 | 5,0 – 9,0 |
· Kaprat | 4,5 – 9,7 | 6,0 – 10,0 |
· Laurat | 44,1 – 51,3 | 44,0 – 52,0 |
· Miristat | 13,1 – 18,5 | 13,0 – 19,0 |
· Palmitat | 7,5 – 10,5 | 8,0 -11,0 |
· Stearat | 1,0 – 3,2 | 1,0 – 3,0 |
· Arachidat | - | 0,0 – 0,4 |
Asam lemak tidak jenuh: |
|
|
· Oleat | 5,0 – 8,2 | 5,0 – 8,0 |
· Linoleat | 1.0 – 2,6 | trace – 2,5 |
· Palmitoleat | - | 0,0 – 1,0 |
Sumber: a) Thieme (1968); b) Swern (1979)
Pohon kelapa mulai dapat disadap niranya setelah berumur 6 – 8 tahun dan masih dapat disadap sampai mencapai umur sekitar 50 tahun, tergantung pada kesuburan tanah dan perawatan pohonnya. Nira kelapa diperoleh dengan cara menyadap mayang atau selundang bunga kelapa. Bunga kelapa yang masak akan melenting tangkainya apabila digoyang-goyangkan. Setiap satu tangkai bunga dapat disadap selama 1 sampai 1,5 bulan.
Nira adalah salat satu alternatif hasil kelapa selain buah. Nira kelapa merupakan cairan yang dihasilkan dari penyadapan tangkai bunga kelapa. Secara umum komposisi nira terdiri dari karbohidrat, protein, lemak air dan pati. Komposisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, pemupukan, pengairan dan iklim (Goutara dan Wijandi, 1975). Nira juga mengandung asam-asam organik seperti sitrat, tartarat, malat, suksinat, laktat, fumarat dan piroglutamat (Itoh et. al, 1985).
Nira dapat diolah menjadi gula merah, gula semut, gula pasir dan sirop. Nira kelapa juga sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Tabel 3 menunjukkan kadar gula nira beberapa jenis kelapa, Tabel 4 menunjukkan sifat-sifat nira kelapa.
Tabel 3. Kadar Gula Beberapa Jenis Kelapa
No | Jenis Kelapa | Kadar gula (%) |
1. | KHINA-1 | 12,03 |
2. | KHINA-2 | 12,40 |
3. | KHINA-3 | 12,49 |
4. | Dalam Bali | 12,61 |
5. | Dalam Palu | 12,76 |
6. | Dalam Tenga | 12,92 |
7. | Genjah Raja | 13,80 |
8. | Genjah Raja Hijau | 14,81 |
9. | Genjah Kuning Nias | 14,85 |
Sumber: Joseph dan Darwis (1987)
Tabel 4. Sifat Kimia Nira Kelapa
Karakteristik | Nilai |
Berat jenis pada suhu 29 o C | 1,058 – 1,077 |
Total padatan (g/100 ml) | 15,2 – 19,7 |
Sukrosa (g/100 ml) | 12,3 – 17,4 |
Abu ( g/100 ml) | 0,11 – 17,4 |
Protein (N x 6,25) (g/100 ml) | 0,23 – 0,32 |
Asam askorbat ( g/100ml) | 16,0 – 30,0 |
Kadar air (%) | 88,40 |
Sumber : Thampan, 1981
Pola Penyebaran Tanaman Kelapa di Indonesia
Sekitar tahun enampuluhan, tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki posisi strategis terutama sebagai bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Pada era itu sampai tahun delapanpuluhan, tanaman kelapa dapat disebut berjaya, sehingga luas areal tanamnya mendominasi lahan di berbagai daerah. Namun saat ini peran kelapa sebagai bahan baku utama minyak goreng makin tenggelam dan tergeser oleh komoditi palma lainnya. Berikut ini digambarkan dalam pete sebaran buah kelapa di Indonesia.
Dari peta sebaran buah kelapa diatas terlihat bahwa, hampir diseluruh wilayah Indonesia tanaman ini bisa tumbuh dan memiliki potensi untuk tetap dikembangkan. Data pada tabel 5 memperlihatkan propinsi Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Timur dan Maluku utara merupakan 5 wilayah di Indonesia yang memiliki potensi produktifitas yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah indonesia lainnya meskipun luas lahan yang digunakan jauh lebih luas dari wilayah lainnya. Lokasi perkebunan kelapa tersebut tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Areal tanaman kelapa di pulau Sumatera mencapai 33,63%, di Jawa 22,75%, Sulawesi 19,40%, Bali, NTB dan NTT sebesar 7,70%, Maluku dan Papua 8,89% serta Kalimantan 7,62% dari total luas areal kelapa Indonesia.
Tabel 5. Data Sebaran Potensi dan Luas Lahan Kelapa di Indonesia*)
Propinsi | Potensi (Ton) | Lahan yang digunakan | Status Lahan | |
Bangka Belitung | 3,916.00 | 10,266.00 | PR | |
Bali | 65,264.00 | 70,384.00 | - | |
Banten | 55,345.00 | 95,240.00 | PR dan PPN | |
Bengkulu | 7,253.00 | 8,650.00 | PR | |
Daerah Istimewah Yogyakarta | 48,232.00 | 44,024.00 | PR | |
Gorontalo | 56,379.50 | 57,923.00 | APL | |
Irian Jaya Barat | 5,340.00 | 10,942.00 | PR | |
Jawa Barat | 147,507.00 | 191,045.00 | PR | |
Jambi | 114,752.00 | 120,319.00 | PR | |
Jawa Tengah | 175,144.00 | 234,339.00 | PR | |
Jawa Timur | 222,857.00 | 286,847.00 | PR | |
Kalimantan Barat | 74,018.00 | 111,468.00 | - | |
Kalimantan Selatan | 33,045.00 | 47,933.00 | - | |
Kalimantan Tengah | 555,842.00 | 87,554.00 | PR | |
Kalimantan Timur | 34,001.00 | 47,808.00 | PR | |
Kepulauan Riau | 9,704.00 | 37,246.00 | PR | |
Lampung | 120,259.00 | 141,262.00 | - | |
Maluku | 69,175.00 | 90,310.00 | PR | |
Maluku Utara | 218,301.00 | 209,792.00 | PR | |
Nanggroe Aceh Darussalam | 64,955.00 | 112,212.00 | PR | |
Nusa Tenggara Barat | 46,574.00 | 67,015.00 | PR | |
Nusa Tenggara Timur | 64,555.00 | 160,641.00 | PR dan PS | |
Papua | 12,411.00 | 22,947.00 | PR | |
Riau | 555,842.00 |
| - | |
Sulawesi Barat | 62,560.00 | 67,643.00 | PR | |
Sulawesi Selatan | 87,705.00 | 115,536.00 | - | |
Sulawesi Tengah | 187,297.00 | 171,705.00 | PR | |
Sulawesi Tenggara | 33,425.00 | 54,358.00 | - | |
Sulawesi Utara | 251,743.00 |
| - | |
Sumatera Barat |
| 89,313.00 | - | |
Sumatera Utara | 101,525.00 | 124,737.00 | - |
*) Data Tahun 2006, Sumber: www.bkpm.go.id
PR = Perkebunan Rakyat78,678.0000
PPN = Perusahaan Perkebunan Negara
PS = Perkebunan Swasta
Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budidaya setelah padi. Pada tahun 2006, luas areal tanaman kelapa tercatat 3.817.796 ha, didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 3.749.844 ha (98,22%), perkebunan besar negara seluas 6.148 ha (0,16%) dan perkebunan besar swasta seluas 61.804 (1,62%). Total produksi kelapa di tahun yang sama sebesar 3.156.876 ton, yaitu perkebunan rakyat sebesar 3.112.040 ton (98,58%), perkebunan besar negara sebesar 3.672 ton (0,12%) dan perkebunan besar swasta sebesar 41.164 ton (1,30%).
Tabel 6. Potensi dan Luas Areal Tanaman Kelapa
Tahun | Luas Areal PR (Ha) | Luas Areal PB (Ha) | Jumlah Luas Areal (Ha) | Produksi PR | Produksi PB | Jumlah Produksi |
1980 | 2.622.206 | 58.217 | 2.680.423 | 1.629.726 | 36.347 | 1.666.073 |
1985 | 2.994.442 | 55.558 | 3.050.000 | 1.905.241 | 15.19 | 1.920.431 |
1990 | 3.308.037 | 85.885 | 3.393.922 | 2.297.832 | 33.738 | 2.331.570 |
1995 | 3.584.477 | 139.379 | 3.723.856 | 2.661.641 | 42.645 | 2.704.286 |
2000 | 3.601.698 | 89.716 | 3.691.414 | 2.951.005 | 93.523 | 3.044.528 |
2001 | 3.818.946 | 78.521 | 3.897.467 | 3.068.997 | 94.021 | 3.163.018 |
2002 | 3.806.032 | 78.918 | 3.884.950 | 3.010.894 | 87.602 | 3.098.496 |
2003 | 3.785.343 | 18.787 | 3.913.130 | 3.136.360 | 118.494 | 3.254.854 |
2004 | 3.723.879 | 73.125 | 3.797.004 | 3.000.839 | 53.672 | 3.054.511 |
2005 | 3.735.838 | 67.776 | 3.803.614 | 3.052.461 | 44.383 | 3.096.845 |
2006 | 3.720.500 | 68.400 | 3.788.900 | 3.123.300 | 69.800 | 3.193.100 |
2007 | 3.720.500 | 67.500 | 3.788.000 | 3.123.000 | 70.300 | 3.193.300 |
2008* | 3.728.600 | 69.700 | 3.798.300 | 3.176.700 | 70.400 | 3.247.100 |
2009** | 3.790.728 | 68.693 | 3.859.421 | 3.263.172 | 47.013 | 3.310.185 |
(Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007; BPS, 2009)
*Angka sementara
**Angka estimasi dengan model double exponential smoothing
PR : Perkebunan Rakyat
PB : Perkebunan Besar
Tabel 6 memperlihatkan luas areal dan produksi perkebunan kelapa di Indonesia periode 1970 - 2006 dan prediksi 2007, 2008 dan 2009. Selama tiga dekade, luas areal pertanaman kelapa berkembang menjadi 3.803.614 ha pada tahun 2005, bertambah luas sekitar 1,99 juta ha sejak tahun 1970. Pada tahun 1970, areal pertanaman kelapa di Indonesia adalah seluas 1.805.711 ha, pertambahan luas areal tanamnya lebih dari 100% dalam waktu tiga puluh tahun.
Tabel 6 juga memperlihatkan 98,00% kelapa diproduksi dari 97.88% perkebunan rakyat yang dikelola oleh petani, termasuk kelapa yang ditanam di pekarangan rumah, dan hanya sekitar 2% kelapa diproduksi oleh perkebunan besar, baik perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta. Produktivitas kelapa Indonesia tergolong rendah, yaitu baru mencapai 2.700-4.500 kelapa butir/ha. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan menjadi 6.750 butir/ha (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Rata-rata produksi kelapa juga terus meningkat dari tahun ke tahun, walaupun persentase peningkatannya bervariasi. Rata-rata produksi kelapa pada periode 1970 - 1980 adalah sebesar 1.419.539 ton, dan meningkat 39% pada periode 1980 - 1990 menjadi 1.972.691 ton. Pada periode 1990 - 2000, rata-rata produksi kelapa adalah sebesar 2.693.461 ton atau meningkat sebanyak 37% dari periode sebelumnya. Selama periode 2000-2005, luas areal pertanaman kelapa mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, sehingga rata-rata produksi kelapa juga melambat pertumbuhannya menjadi sekitar 14%, atau dihasilkan 3.070.687 ton per tahun, sedangkan rata-rata produksi dari hasil prediksi selama 2006–2009 adalah 3.310.185 ton atau meningkat sekitar 5 persen.
Melambatnya pertumbuhan luas areal pertanaman dan produksi kelapa menunjukkan bahwa bisa jadi pada tahun-tahun mendatang akan terjadi kekurangan pasokan kelapa, karena jumlah tanaman yang menghasilkan akan berkurang disebabkan sudah tua atau rusak akibat hama dan penyakit dan bencana alam. Kurang menariknya harga kelapa sejauh ini menyebabkan perawatan dan pemeliharaan tanaman kelapa oleh petani tidak memadai. Agar produksi kelapa tidak menurun, maka pelaksanaan peremajaan dan rehabilitasi harus dilakukan secara terus menerus pada sekitar 20-30% pertanaman kelapa (Prastowo, 2007).
Pemanfaatan saat ini
Secara tradisional, penggunaan produk kelapa adalah untuk konsumsi segar, dibuat kopra, minyak kelapa, kelapa parut dan santan. Seiring perkembangan pasar dan dukungan teknologi, permintaan berbagai produk turunan kelapa semakin meningkat seperti dalam bentuk nata de coco, Virgin Coconut Oil (VCO), tepung kelapa (desiccated coconut), hydrogenated coco oil, paring oil, crude glycerine, coco chemical, alhonolamide, serat sabut, arang tempurung dan arang aktif.
Sejak tahun 2000, penggunaan kopra dan butiran kelapa masih meningkat tetapi dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Penggunaan tepung kelapa meningkat dengan laju 21,9% per tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Sebaliknya penggunaan minyak kelapa cenderung berkurang. Penggunaan minyak kelapa di dalam negeri yang semakin berkurang diduga terkait dengan perubahan preferensi konsumen yang lebih menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena harganya lebih murah.
Produksi arang aktif dan arang tempurung selama ini lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri sehingga penggunaan di dalam negeri hampir tidak ada. Demikian pula untuk produk serat sabut,walaupun terdapat indikasi bahwa penggunaan serat sabut di dalam negeri mulai berkembang sejak terjadi krisis ekonomi.
Tabel 7. Produk-produk kelapa tahun 2000-2005 (000 Ton)
Tahun | Kopra | Minyak kelapa | Bungkil kopra | Produk kelapa olahan1) |
2000 | 1.297.000 | 778.000 | 454.000 | 31.373 |
2001 | 1.300.000 | 780.000 | 455.000 | 34.820 |
2002 | 1.216.000 | 748.700 | 425.600 | 48.550 |
2003 | 1.292.000 | 707.095 | 387.600 | 36.238 |
2004* | 1.342.000 | 865.600 | 374.235 | 31.496 |
2005* | 1.323.450 | 767.600 | 234.500 | 54.065 |
Sumber: Coconut Statistical Year Book 2004, APCC di dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007
1) Dalam bentuk ekspor
2) *Angka estimasi
Prospek pemanfaatan sabagai bahan baku bioenergi
Masyarakat menyebut kelapa sebagai pohon kehidupan. Hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan bagi manusia. Bagian tanaman kelapa atau hasilnya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah daging buah untuk minyak dan bahan bakar nabati, minyak kelapa dapat dijadikan cocodiesel, sebagai campuran maupung pengganti solar. Tempurung dan serabut serta pelepah daun kelapa dijadikan bahan bakar padat. Bagian lainnya adalah hasil nira, yang dapat dijadikan bahan pembuatan bioetanol. Walaupun kadar energinya berbeda, tetapi bagian tanaman tersebut berpotensi sebagai sumber energi alternatif.
Hasil bioenergi kotor yang dihasilkan dari kelapa, termasuk nira, tempurung, dan sabut diperkirakan sebesar 316,1 MJ/pohon (Soerawidjaja (2006) di dalam Prastowo, (2007)). Pertanaman kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi, diperhitungkan sekitar 25% dari luas areal tanam dan sekitar 25% yang memerlukan peremajaan, karena sudah tua, rusak, dan kurang terawat, sehingga diperhitungkan menghasilkan bioenergi sekitar 0,13 EJ atau 130 juta GJ (Prastowo, 2007).
Satu 1iter cocodiesel diperoleh dari 6 - 10 buah kelapa. Pengkajian pembuatan biodiesel dari kelapa di Indonesia telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Departemen Perindustrian. Cocodiesel yang diperoleh telah diujicobakan pada kendaraan Mitsubishi dan mencapai jarak sampai 20 ribu km nonstop, dan dinyatakan lulus uji. Saat diadakan uji ketahanan (performance) kendaraan hanya mengalami turun daya 4%. Keunggulan digunakannya cocodiesel adalah bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan karena hasil pembakarannya tidak meningkatkan jumlah CO2, SO2 di udara dan dapat terurai secara biologis, tidak diperlukan modifikasi mesin, memiliki daya pelumas yang tinggi. dan tidak beracun. Uji coba cocodiesel pada kendaraan roda empat menunjukkan bahwa power yang dihasilkan dari cocodiesel sedikit lebih rendah dari solar, namun memiliki keunggulan nilai opasitasnya lebih rendah (Yuniasri, 2007). Tabel 7 memperlihatkan karakter fisik dan komposisi kimia cocodiesel.
Tabel 8. Hasil analisa laboratorium karakter fisik minyak kelapa dan
cocodiesel dibandingkan minyak solar dan biodiesel.
No. | Parameter | Minyak Kelapa | Cocodiesel BBKK | Minyak Solar | Biodiesel SNI |
1. | Kadar air %. Vol | 0.5 | 0.02 | 0.05 | Max 0.05 |
2. | Cetene index | - | 41 | 48 | - |
3. | Cetane Number | - | 60.0 | 45 min | Min 51 |
4. | Densiti pd 400 oC, kg/m3 | 920 | 8740 | 870 | 850-890 |
5. | Titik nyala oC | 198 | 130 | 66-78 | Min 100 |
6. | Viskositas pd 40oC | - | 2.858 | 1.6 – 5.8 | 2.3-6.0 |
7. | Sulphur Content % mass | - | 0.01 | 0.5 | Max 0.05 |
8. | Carbon Residue % mass | - | 0.05 | 0.1 Max | Max 0.05 |
Sumber : Yuniarsi (2007)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2007. Roadmap Komoditi Kelapa. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.
N., Darwis S. 1988. Tanaman Sela di antara Tanaman Kelapa. Departemen Pertanian, Jakarta
Dillon, H. S., 1993. Tinjauan Agribisnis Perkelapaan Indonesia. Di Dalam Prosiding Konperensi Nasional Kelapa III. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
Goutara dan S. Wijandi. 1975. Dasar Pengolahan Gula I. Agro Industri Press. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA i IPB, Bogor
Grimwood, W.C.. 1975. Coconut Palm Product. FAO, Rome
Itoh, T., Matsuyama, A., C.H. Widjaja, M.Z. Nasution J. Kumendong. 1985. Compositional of Nira Palm Juice of High Sugar Content from Palm Tree. Proceeding of the IPB – JICA International Symposium on Agricultural Product, Processing and Technology. IPB and Japan International Cooperation Agency
Joseph, G. H dan Darwis, SN. 1987. Kadar Gula Nira pada Beberapa Kultivar Kelapa. Jurnal Penelitian Kelapa No. 2:65:80. Balai Penelitian Kelapa, Manado
Prastowo, Bambang. 2007. Potensi Sektor Pertanian sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan. Perspektif Vol. 6 No. 2/ Desember 2007, Hal 84-92
Rumokoi, M.M.M.1993. Peluang Pengembangan Agribisnis Gula Kelapa di Indonesia. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa III. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Setyamidjaja, D. 1982. Kelapa Hibrida. Penerbut Kanisius, Yogyakarta.
Setyamidjaja, D. 1984. Bertanam Kelapa. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Syarief, R. Dan A. Irawati. 1986. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. PT. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fats Products Vol. 1. Interscience, Publ., New York
Thampan, P. K. 1981. Handbook of Coconut Palm. Oxford and IBH Publ., Co, New Delhi.
Thieme, J. G. 1968. Coconut Oil Processing. FAO, Rome
Woodroof, J.G. 1979. Coconut Production Processing Product. AVI Publ. Company. INC., Westport, Connecticut.
Yuniasi, Kendedes. 2007. Coco Methyl Ester (Cocodiesel) sebagai Bahan Bakar Pengganti Solar. Akta Kimindo Vol. 3 No. 1 Oktober 2007 : 17 – 20, Jakarta
Comments
Post a Comment